Jumat, 15 Agustus 2008

Menyimak Pasca Tambang Grasberg PT Freeport

Dominggus A. Mampioper - 15 Aug 2008
Saat ini perusahaan PT Freeport mulai mengapalkan 4000 ton tailing yang oleh media lokal di Papua disebut sirsat atau pasir sisa tambang menjadi bahan baku pembangunan jalan di Kabupaten Merauke. Studi yang dilakukan LAPI ITB untuk memanfaatkan tailing sejak tahun 2000 lalu kini mulai digunakan sebagai bahan baku semen. Walau demikian untuk mengikat sebuah tailing sudah jelas membutuhkan banyak polimer-polimer untuk membantu sebuah semen eks tailing (sirsat).
Lalu timbul pertanyaan apakah tailing itu sudah bebas dari limbah logam berat? Pengalaman warga di Kampung Omawita di luar areal konsesi PT Freeport menyingkapkan bahwa warna tambelo sejenis ulat kayu bakau sudah berubah warna kehitam-hitaman karena logam tembaga (Cu) dan rasanya sudah tak seenak dulu.
Kepada penulis, mantan Vice President Environmental, Dr Bruce Marsh pernah menuturkan bahwa jangan khawatirkan pasca tambang karena sudah menyiapkan semua rencana setelah Grasberg berakhir. Apalagi yang namanya ghost town, tidak akan ada di lokasi bekas tambang di sana .
Walau demikian peneliti dari Universitas Negeri Papua (UNIPA) Manokwari, Ir Musa Sombuk, Msc. mengatakan, kalau mau berbicara tentang pasca tambang memang masih lama sekitar 2039, tetapi indikasi perbaikan ke arah itu bisa dilihat dari kegiatan sepuluh tahun terakhir.
“Saya melihat selama sepuluh tahun terakhir ini belum ada landasan yang kuat pasca tambang,” tegas mahasiswa program doktor Universitas Nasional Australia itu, saat berdiskusi dengan penulis di Jayapura 4 Juli lalu.
Menyinggung soal sirsat atau tailing, menurut Sombuk perlu mengkaji lebih dalam, apakah semen tailing bebas dari logam berat (B3) atau tidak meskipun telah dicampur dengan polimer. “Sedang kata sirsat hanyalah permainan public relation untuk memperhalus kata tailing yang dianggap tabu bagi mereka,” ujar Sombuk.
Bagaimana dengan sedimentasi tailing yang telah berlangsung bertahun-tahun di kawasan bumi Suku Kamoro. Rupanya mata rantai makanan di daerah Omawita, Kaugapu dan sepanjang Kali Ajkwa terputus akibat sedimentasi tailing. Persoalannya sekarang mampukah semua pihak terutama pemerintah pemberi hak eksplorasi dan penerima mandat untuk menambang PT FI memperbaiki kembali mata rantai makanan yang telah terputus itu?
Ironis memang, investasi yang tadinya bisa membawa kesejahteraan masyarakat terpaksa harus memakan banyak korban. Mulai dari tuduhan separatis karena merasa hak-hak mereka dirampas hingga mendulang emas karena tuntutan ekonomi dan perubahan sosial budaya.
Kemilau emas dan tambang ternyata tidak mereka nikmati dan hanya mencari remah-remah emas di seputar sisa tailing di ketinggian ribuan meter. Mereka menahan dinginnya ketinggian dan air keruh Kali Ajkwa.
Penggalian Terus Berlangsung
Sementara itu operasi Grasberg saat ini masih terus berlangsung dan penggalian terus dilakukan. Produksi berasal dari penambangan terbuka di Grasberg dan penambangan bawah tanah di wilayah timur tambang terbuka Ertsberg yaitu di Intermediate Ore Zone (IOZ) dan Deep Ore Zone(DOZ).
Limbah di sekitar lubang tambang terbuka di lembah Cartenzst, Grasberg Barat dan Lembah Wanagong. Seluruh proses penambangan hingga pemisahaan logam-logam yang bernilai ekonomi, menghasilkan timbunan batuan limbah (overburden). Produksi bijih tambang PT Freeport Indonesia saat ini meningkat terus hingga lima kali lipat dibanding sepuluh tahun lalu. Konsekuensinya jumlah limbah pun berlipat ganda. Tercatat jumlah tailing (sisa buangan tambang) per tahun sekitar 45 juta ton (PT FI 1998), lima persen (5 %) berupa pasir halus yang tidak mengendap di tanggul, terus terbawa aliran Sungai Ajkwa sampai ke Pantai Mimika. Bahkan sebelum tanggul di bagian Timur dibangun, tailing ini juga mengalir ke Sungai Minajerwi. (laporan Studi Mollusca di Kawasan Muara Sungai dan Pantai Mimika, Agustus 1999). Dari total bijih yang diolah hanya 3-4 % menjadi konsentrat yang mengandung emas, perak dan tembaga, lainnya limbah yang disebut tailing. Tailing dalam bentuk lumpur (slurry) dibuang dari dataran tinggi melalui sungai Aghawagon, Otonoma, dan Ajkwa dan diendapkan di dataran rendah Ajkwa. Akibatnya terjadi perubahan pada habitat flora sub alpine, geoteknik, geokimia dan geomorfologi, termasuk flora teresterial, biota akuatik, dan kualitas air.
General Superintendent Mine Surface Enginering PT FI, Dani Hamdani mengatakan, pertambangan sangat ditentukan sejauhmana informasi didapatkan dari alam itu sendiri, sehingga dalam menentukan sesuatu hal pada dua tahun lalu pihaknya telah merencanakan bahwa operasi Grasberg akan selesai 2013 mendatang.
"Hanya saja dalam perkembangannya, dari group geologi dan geotek telah menemukan suatu informasi baru bahwa akhirnya umur dari tambang berobah menjadi 2015," ujar Dani Hamdani kepada wartawan di Jayapura saat memberikan materi pada acara Seminar dan Kuliah Umum di Kampus Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ), Jumat , 22 Februari 2008 lalu. Ditambahkan pihaknya telah dinyatakan mampu, baik dalam perencanaan tambang maupun sampai kepada opearasi sehari-hari. Saat ini sedang dilakukan pengeboran-pengeboran di Grasberg under ground mining termasuk mine plainer.
Kaya Deposit
Forbes Wilson dalam bukunya berjudul The Conquest of Copper Mountain lebih banyak menulis tentang perjuangan dan cara menaklukan Gunung Ertsberg. Bagi Wilson, Ertsberg bukan hanya sebuah gunung tapi keseluruhan kondisi geologis yang terkandung di wilayah Nemangkawi (sebutan Cartensz bagi orang Amungme). Wilson tertarik dengan Ertsberg karena merupakan singkapan permukaan dari endapan bijih tembaga yang lebih besar terkandung di dalam tanah. Orang Amungme menyebut Ertsberg yaitu Yelsegel Ongopsegel yang berarti gunung berkilat menyerupai bulu burung Cenderawasih Hitam (Barotia civilata). "Karena itu tak heran kalau mereka percaya bahwa tempat itu sangat keramat dan sakral," tegas Arnold Mampioper dalam buku Amungme Manusia Utama dari Nemangkawi Pegunungan Cartensz. Kini Yelsegel Ongopsegel sudah tak berkilau lagi dan ditutup tahun 1988. Bahkan bekas galiannya sudah berubah menjadi sebuah lubang raksasa penampung air hujan. Untuk mengenang Forbes Wilson kubangan air itu dinamakan Danau Wilson. Sedangkan Grasberg dalam bahasa Amungme disebut Tenogoma atau Emagasin karena banyak ditumbuhi rumput. Selanjutnya George A Maley dalam bukunya berjudul Grasberg menjelaskan bahwa Grasberg mengandung deposit sebesar 1,76 miliar ton batuan bijih dengan kadar rata-rata 1,11 persen tembaga atau sama dengan 35,2 milyar pon logam tembaga murni.
"Kandungan emasnya juga sangat tinggi yaitu sebanyak 49 juta try ons, sama dengan separuh jumlah seluruh emas yang diperoleh dari California selama demam emas dulu. Anehnya, deposit yang luar biasa besar ini terletak hanya tiga kilometer dari Ertsberg. Baru dibor 15 tahun setelah tambang disebelahnya dikerjakan" tutur Mealey. Lalu seberapa lamakah penambangan Grasberg berproduksi? Menurut perhitungan George A. Mealey jika dengan tingkat produksi sekitar 150 ton per hari per pegawai diperlukan waktu 45 tahun untuk menambang cadangan terbukti dan terkira. Saat ini produksi Grasberg sudah berjalan selama 15 tahun. Berarti tinggal 30 tahun lagi tambang Grasberg digali dan diledakan. Waktu 30 tahun bisa saja berlalu dalam hitungan detik, karena kita terlalu asyik menambang. Apalagi Pemerintah Indonesia dalam dokumen AMDAL telah menyetujui kenaikan tingkat produksi sampai 300 ribu ton per hari.
Penggalian dan peledakan terus dilakukan tiada henti. Grasberg juga pernah memakan korban jiwa. Beberapa pekerja tewas dan diduga tertimbun longsoran di open pit mining Grasberg. Sebuah kecelakaan bisa juga terjadi pada sebuah perusahaan raksasa yang pernah meraih penghargaan Zero Accident.
Mealey menuturkan pengalamannya bahwa selama ia bekerja di dunia pertambangan baru kali ini menemukan cara baru menentang kekuatan alam yaitu dengan memotong ayam hitam lalu menyemburkan darahnya di sekitar lokasi kerja. Hasilnya tidak sia-sia, pekerjaan mulus dan tanpa hambatan. Bahkan dia mengusulkan teknik ini perlu diterbitkan dalam buku saku penambangan.
Longsor di Area Tambang
Salah siapa kalau mereka ikut mendulang berdampingan dengan perusahaan tambang terbesar di bumi Amungsa? Meski pemerintah kabupaten sudah memberikan beberapa pelarangan tanpa mengeluarkan perda tapi daya tarik logam mulia ini selalu menggiurkan. Bayangkan bisa menghasilkan berjuta-juta rupiah dalam hitungan minggu saja.
Meski telah berkali-kali terkena longsor dan memakan korban tetapi proyek pendulangan jalan terus. Bukankah serpihan kilauan emas sangat menjanjikan bagi mereka. Pasar sudah tersedia di Kota Timika, Ibukota Kabupaten Mimika untuk membeli satu gram emas bahkan bisa lebih dari itu.
Bukan hanya para pendulang saja yang terkena bencana dan korban longsoran. Oktober 2004 lalu di lokasi tambang Grasberg, tepat pukul 05.30 pagi WP terdengar suara gemuruh dari atas melungsur batuan tanah, dan lumpur menerjang dengan ganasnya. Dalam sekejap 13 anggota opeartion crew IV terbenam dalam 2,3 juta meter kubik materi longsor. Salah seorang sopir, Fredrik Rumere lolos dari terjangan maut.
Ia berhasil selamat sedangkan empat temannya sampai saat ini hilang ditelan material dan belum ditemukan. Bau mayat yang menyengat hidung mulai menyambar di sekitar lokasi kejadian dari timbunan tersebut.
Longsor terjadi di bagian selatan area tambang terbuka Grasberg. Longsoran itu terjadi pada lokasi pertemuan batuan poker chip di zona lemah dan batuan instrusif dengan ketinggian 3.800 sampai 4000 kaki di atas permukaan laut. Lokasi tambang Grasberg terletak pada ketinggian 4200 meter sedangkan puncaknya mencapai 4.209 meter.
Kondisi kerja di Grasberg barangkali yang paling terberat di dunia tulis George A Mealey dalam bukunya berjudul Grasberg, sebab hujan dan kabut selalu datang setiap hari menciptakan kondisi rawan bagi keselamatan. Selain itu menelan biaya besar untuk pemeliharaan alat. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa pemeliharaan jalan di Grasberg menelan biaya tiga kali lipat jika dibandingkan di tempat lain.
“Pada dasarnya tambang tidak pernah tutup, tetapi kabut tebal sangat membatasi jarak pandang, sehingga bagian tertentu dari tambang harus dihentikan operasinya selama 25 menit setiap harinya, yang berarti memperbesar biaya operasi,” tegas George Mealey.
Aktivitas penambangan PT Freeport di Tanah Papua dimulai sejak 19 April 1967 secara resmi membuka sayapnya di Irian Barat. Dua tahun sebelum pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969 dilakukan, perusahaan raksasa milik Amerika Serikat sudah menancapkan kukunya di tanah orang Papua. Kemudian 1973 Presiden Soeharto meresmikan penambangan perdana tambang tembaga di Gunung Ertsberg. Lubang bekas tambang Ertsberg kini menjadi Danau Wilson , sebagai penghormatan kepada Forbes Wilson, pemimpin ekspedisi Freeport 1960 saat Belanda masih bercokol di tanah Papua.
Kini Danau Wilson berfungsi sebagai persediaan air untuk operasi pabrik pengolahan serta membangkitkan tenaga listrik dengan kapasitas 2,5 megawatt. “Oleh karena itu perlu diusahakan agar lubang tambang Grasberg tidak terisi air pada saat yang terlalu dini, sehingga penirisan harus tetap dilakukan dengan baik,” tegas George A Mealey.

Selasa, 05 Agustus 2008

Tubuh bijih Grasberg ditambang dengan menggunakan cara penambangan terbuka, yang cocok untuk Grasberg karena keberadaannya yang dekat dengan permukaan. Dengan penambangan terbuka, maka dimungkinkan pengerahan peralatan berat untuk pekerjaan tanah yang sangat besar, yang mampu mencapai tingkat penambangan yang tinggi pada biaya satuan yang paling rendah.
Pada tambang terbuka Grasberg digunakan peralatan shovel dan truk besar untuk menambang bahan. Bahan tersebut termasuk klasifikasi bijih atau limbah, tergantung dari nilai ekonomis bahan tersebut. Alat shovel menggali bahan pada daerah-daerah berbeda di dalam tambang terbuka, dan memuat bahan ke atas truk angkut untuk dibawa keluar tambang terbuka.
Bijih ditempatkan ke dalam alat penghancur bijih dan diangkut ke pabrik pengolahan (mill) untuk diproses. Batuan limbah (overburden) dibuang dengan truk ke daerah-daerah penempatan yang telah ditentukan, atau ke dalam alat penghancur OHS pada jalan HEAT untuk ditempatkan di Wanagon Bawah di samping alat penimbun (stacker).
Sarana-sarana utama yang ada pada lokasi tambang terbuka termasuk bengkel-bengkel perawatan, tambang batu gamping dan pabrik pemrosesan, serta fungsi pendukung lainnya dan perkantoran.
Lazimnya, bahan-bahan dan perlengkapan dibawa ke lokasi tambang terbuka dengan menggunakan tram. Alat berat diangkut dengan menggunakan wheeled lowboy melalui Jalan HEAT, yang merupakan infrastruktur yang terbukti sangat vital untuk pengangkutan jenis peralatan yang diperlukan di tambang terbuka Grasberg yang sangat besar.
Pengembangan
Pengembangan tambang terbuka Grasberg dilakukan dengan menambang sejumlah daerah (pushback) secara bersamaan. Setiap pushback merupakan bagian dari sebuah rencana pengembangan berjangka lebih panjang untuk menambang cadangan. Beberapa pushback perlu waktu bertahun-tahun untuk memindahkan overburden sebelum bijih terpapar.
Di Grasberg, pushback kami yang utama yang menghasilkan bijih adalah 6N. Jadwal pelepasan bijih berkadar tinggi didasarkan atas pemindahan overburden tepat sebelum bijih ditambang. Ketika satu pushback selesai dikerjakan, maka pushback berikutnya, overburdennya telah dikupas sehingga bisa mulai menghasilkan bijih. Jadwal keseluruhan tambang terbuka dirancang guna memaksimalkan nilai bersih terkini (net present value) dari sumber daya tersebut.
Penempatan Overburden
Overburden adalah batuan tanpa nilai ekonomis atau yang nilai ekonomisnya kecil, yang membungkus atau mengelilingi sebuah cadangan. Sepanjang masa Grasberg, sekitar 3,4 miliar ton metrik overburden akan ditambang guna menyingkap 1,4 miliar ton metrik bijih yang bernilai ekonomis. Overburden terdiri dari sejumlah jenis batu alam yang berbeda, termasuk batu gamping. Overburden ditempatkan di daerah-daerah yang memungkinkan tambang terbuka dikembangkan sedekat mungkin untuk mengurangi biaya.
Daerah-daerah utama tersebut berada di padang rumput Carstensz dan daerah Wanagon di sebelah barat dan utara. Overburden tersebut diangkut menuju daerah-daerah tersebut terutama di atas truk. Di Wanagon Bawah, truk tersebut menuang batuan tersebut ke dalam alat penghancur yang ada pada jalan HEAT, dan bahan tersebut di kirim ke alat penimbun (stacker) yang akan menempatkan bahan di Wanagon Bawah. Sepanjang masa tambang terbuka, rasio pengupasan (perbandingan overburden yang dipindahkan terhadap bijih) adalah 2,5 di mana dari 1990 - 2005 rasionya adalah 2,8 dan diperkirakan dari saat ini hingga akhir masa tambang terbuka, rasionya 2,2. Saat tambang terbuka selesai dikerjakan, daerah-daerah overburden kelak sudah dihijaukan kembali.
Angka-angka Kunci Operasional 100% Operasional

2005
2006
Tingkat penambangan (000 /th)
692
663
Strip ratio
3.1x
2.9

Saat ini kami memanfaatkan 17 shovel besar dan 148 truk pengangkut untuk menambang permukaan Grasberg.
Keunggulan Operasional
Program-program peningkatan yang tengah berjalan terpusat pada penggerak nilai didalam operasional kami, yakni Grasberg. Upaya-upaya awal berhasil menetapkan sasaran produktivitas dari armada truk dan shovel kami. Fokus dari prakarsa-prakarsa adalah peningkatan produktivitas truk dan shovel, pengeboran dan peledakan (drilling dan blasting), scorecard operator, pemeliharaan lokasi, pengurangan inventaris, shift/jadwal, pelatihan penyeliaan garis depan, dan penggunaan kendaraan ringan. Seiring dengan pencapaian sasaran produktivitas, kami melakukan identifikasi terhadap peluang pengurangan biaya. Salah satunya adalah tenaga kerja, yang terpusat pada penyelarasan lokasi kerja, tingkatan penugasan, dan peningkatan pelatihan dari pekerja baru yang direkrut dari lembaga pelatihan kami.
Golden HorseshoePengaturan urutan dalam penambangan "golden horseshoe" di dalam lubang Grasberg dapat menghasilkan beberapa variasi produksi logam dari waktu ke waktu.
Kami tetap melakukan analisa rencana jangka yang lebih panjang untuk menilai rancangan optimal terhadap tambang terbuka Grasberg, yang dapat berpengaruh terhadap pengaturan waktu pengembangan block cave Grasberg bawah tanah. Rencana kami yang terdahulu mencakup transisi dari tambang terbuka Grasberg ke block cave Grasberg pada tahun 2015. PTFI berharap dapat menyelesaikan kajian yang dilakukannya saat ini terhadap rencana berjangka lebih panjang, sebelum akhir tahun 2006.
Kami mempunyai dua sarana tram dari mill ke tambang. Yang pertama dibuat pada tahun 1971 dan saat ini digunakan untuk membawa peralatan, bahan, dan orang, selain untuk mengangkut bijih dari tambang ke mill. Ketika dibangun, tram tersebut merupakan tram udara dengan jarak bebas terpanjang didunia. Tram kedua dibangun pada tahun 1989. Setelah pembangunan system ore pass pada tahun 1989, kami tak lagi menggunakan tram untuk mengirim bijih ke mill.
Peralatan Tambang
Type
Size
#
Shovel
O&K RH200
30m³
3
Bucyrus 495
42³
4
P&H 4100
42m³
4
P&H 2800
34m³
6
Haul Truck
CAT 785
135mt
11
CAT 793
220mt
98
Komatsu 930E
290mt
27
CAT 797
320mt
12
Alat Pendukung
Kami juga menggunakan CAT 777 untuk bongkar muat dan kegiatan pendukung lainnya.
Kami menggunakan beberapa alat bergerak untuk kegiatan pendukung; loader, dozer, excavator, grader, truk servis, crane, drill, dll.
Mitra Utama di Grasberg
Drilltech/SandvikPengeboran blasthole dan pemeliharaan bor.
Trakindo CATPemeliharaan truk.
Benches
Tinggi kemiringan 15 meter dengan sudut muka 65°. Kemiringan berkisar dari 34° hingga 48°, tergantung berbagai pertimbangan geoteknis.
Pengeboran dan Peledakan
Pola yang lazim digunakan 10 x 10 x 17 meter.Bahan peledak ANFO.
Curah Hujan
Rata-rata 10mm/hari (145 inci/tahun).
www.ptfi.co.id

www.fcx.com Kembali ke Atas