Kamis, 23 Oktober 2008

Lagi! Divestasi Di Grassberg











JUBI - Kementrian Keuangan Norwegia melalui siaran persnya (No 43 Tahun 2008) yang dikeluarkan pada tanggal 9 September 2008 telah memutuskan untuk menghentikan kerjasama dengan Rio Tinto Company dalam penggunaan Dana Pensiun Pemerintah Norwegia.

Rio Tinto Company dianggap telah berkontribusi sangat besar dalam kerusakan lingkungan. Selain itu, perusahaan ini juga dianggap tidak menunjukkan indikasi untuk merubah dampak yang ditimbulkan dari praktek-praktek perusahaan tersebut atau langkah-langkah yang akan diambil untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan kehidupan masyarakat setempat secara signifikan.
Dikeluarkannya perusahaan Rio Tinto dari kerjasama penggunaan dana pensiun pemerintah Norwegia (Divestasi) ini menunjukkan niat baik pemerintah Norwegia untuk tidak menerima resiko-resiko yang berkontribusi secara nyata terhadap tindakan-tindakan yang tidak etis. Dewan Etika Kementrian Keuangan Norwegia telah menyimpulkan bahwa Rio Tinto secara langsung terlibat melalui partisipasinya di tambang Grassberg di Indonesia, ikut mengakibatkan kerusakan lingkungan yang sangat hebat yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan. Dana Pensiun Pemerintah Norwegia tidak bisa diberikan kepada perusahaan seperti itu, tegas Kristin Halvorsen, Menteri Keuangan Norwegia.
Rekomendasi dari Dewan Etika Pemerintah Norwegia ini merupakan bagian penting yang didasarkan pada rekomendasi dewan sebelumnya yang berkaitan dengan Freeport dan assessment yang dilakukan dewan terhadap dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas pertambangan. Rio Tinto dianggap berkontribusi secara material terhadap operasi Freeport di Grasberg. Pertambangan di Grasberg melepaskan tailing dengan jumlah yang sangat besar secara langsung ke sungai-sungai yang mencapai 230.000 ton atau lebih setiap harinya. Walaupun jumlah ini masih dalam batas toleransi Amdal pemerintah Indonesia (200.000 – 250.000 Ton) namun kerusakan lingkungan yang diakibatkan sangat besar, terutama bagi sungai-sungai di Mimika. Jumlah tailing yang dilepaskan ini diperkirakan akan terus meningkat seiring expansi yang dilakukan pertambangan. Lebih dari itu, resiko tinggi lainnya juga ditimbulkan oleh pengaliran “acid rock” melalui saluran pembuangan perusahaan dan pembuangan tailing yang bisa menyebabkan air terkontaminasi.
Dalam rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dewan Etika Pemerintah Norwegia, tanggal 15 Februari 2008 disebutkan bahwa investasi dana pensiun Norwegia di Rio Tinto Company telah ikut menyebabkan kerusakan lingkungan di sekitar Grassberg. Dewan Etika menegaskan bahwa kerusakan yang terjadi sangat signifikan dan berdampak permanen atau jangka panjang. Kerusakan yang terjadi juga akan memberikan konsekuensi negative terhadap kehidupan dan kesehatan masyarakat setempat. Selain itu, kerusakan yang diakibatkan oleh produksi tambang di Grassberg merupakan pelanggaran terhadap peraturan nasional dan standard internasional. Dengan demikian, perusahaan bersangkutan telah mengabaikan keharusan mencegah kerusakan lingkungan serta gagal melaksanakan langkah-langkah untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkan. Dewan ini pada akhirnya berkesimpulan bahwa sangat mungkin praktek ini terus berlanjut.1
Rio Tinto Grup adalah perusahaan tambang internasional yang merupakan partner Freeport McMoran Copper & Gold Inc di tambang Grasberg. Tahun 1995, Rio Tinto bersama Freeport menandatangai MoU untuk melakukan ekspansi di Grassberg. Dalam MoU tersebut disebutkan bahwa Rio Tinto akan mendanai expansi pertambangan dan proyek eksplorasi selanjutnya. Melalui proyek-proyek ini, Rio Tinto akan menerima 40 persen dari pendapatan saat produksi ditingkatkan dari 80.000 ton sehari menjadi 118.000 ton sehari. Rio Tinto membayar hingga US$ 184 juta untuk expansi ini dari total US$ 500 juta yang diinvestasikan di Freeport.
Bagi pemerintah Norwegia, divestasi Rio Tinto Company ini merupakan bagian penting dari sosial/socially responsible investment (SRI) Norwegia. SRI ini mencakup pemeriksaan ‘extra-financial consideration’ (pertimbangan selain dari pertimbangan ekonomi) dari investasi seperti dampak dari operasi perusahaan terhadap lingkungan dan hak-hak pekerja. Keputusan dari Dewan Etika dana investasi Norwegia telah melahirkan preseden yang nyata bagi para pengambil keputusan dalam SRI, dan telah didibahas dalam konteks dana pensiun di Kanada, Perancis dan Selandia Baru.
J.D. Harden dari Kongres Buruh Kanada menulis bahwa Dewan Pengurus Investasi Dana Pensiun Kanada (Canadian Pension Plan Investment) harus mempertimbangkan keputusan yang diambil Norwegia untuk menarik investasi dari Freeport sebagai cermin terhadap investasi pertambangan Kanada sendiri, sebab “Kanada juga merupakan tempat dimana perusahaan-perusahaan pertambangan mengerahkan modal untuk operasi mereka dalam yurisdiksi internasional, banyak yang memiliki catatan buruk atas pemenuhan hak-hak pekerja dan kerusakan lingkungan.2

Divestasi di Grassberg
Freeport sendiri telah dikeluarkan dari investasi dana pensiun (Divestasi) ini diseluruh dunia sejak tahun 2006 atas rekomendasi dewan etika Pemerintah Norwegia. Pemerintah Norwegia beranggapan bahwa meneruskan investasi di perusahaan ini sama saja dengan berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan. Divestasi yang dilakukan Freeport McMoRan diumumkan di Oslo oleh Menteri Keuangan Norwegia Kristin Halvorsen pada tanggal 6 Juni 2006, yang menyatakan keputusan menteri untuk menjual saham dan obligasi senilai 116 juta NOK didasarkan atas hasil penyelidikan Dewan Etika dana pensiun.
Saat itu, menteri keuangan Norwegia menjelaskan, “Freeport menggunakan sistem pembuangan ke sungai alam untuk membuang hampir 230.000 ton tailing setiap harinya, yang berarti telah membuang sejumlah besar sedimen dan logam berat ke sungai.” Selanjutnya Ia menyatakan bahwa Dewan Etika menemukan bahwa “Pembuangan tailing ke sungai telah mengakibatkan kerusakan serius pada sistem sungai serta bagian-bagian sekitar sungai di hutan hujan dan dipercaya berakibat negatif bagi masyarakat adat yang bertempat tinggal di daerah itu.3
Pihak Indonesia sendiri, melalui Kementrian ESDM pada bulan Agustus tahun lalu telah meminta PT. Freeport untuk menurunkan produksi di Grassberg untuk memperbaiki kondisi lingkungan di sekitar tambang tersebut. Seperti dikatakan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, penurunan produksi tersebut merupakan rekomendasi hasil audit yang dilakukan pemerintah terhadap aktivitas tambang Freeport.4
“Kami minta produksi Freeport diturunkan dari 300.000 ton bijih per hari menjadi 200.000-250.000 ton per hari,” kata Purnomo saat itu. Purnomo menyebutkan bahwa jika Freeport tetap berproduksi dalam jumlah cukup besar seperti sekarang ini, maka dampak terhadap lingkungannya juga akan kian negatif. Purnomo juga menegaskan hasil audit yang dilakukan merekomendasikan agar pabrik pengolahan (smelter) hasil tambang Freeport di PT Smelting Company di Gresik ditingkatkan kapasitas produksinya sebesar 10%. Menurut Purnomo, pihak smelter di Gresik menyatakan mampu meningkatkan kapasitas produksinya hingga 10%.
Menyangkut divestasi 9,36% saham Freeport, Purnomo menjelaskan, saat ini masih dalam proses penawaran ke Pemerintah Daerah Papua. “Belum ada jawaban (dari Pemda Papua),” katanya saat itu.
Saat ini, komposisi pemegang saham Freeport adalah 9,36% dimiliki pemerintah dan 90,64% dikuasai Freeport McMoran Copper & Gold Inc. Pada 2006, volume produksi bijih mineral Freeport naik menjadi 230.000 ton per hari dari tahun 2005 yang 215.000 ton per hari. Dari produksi bijih itu hanya tiga persen yang berupa konsentrat, sedang 97% lainnya limbah (tailing). Dalam bijih tersebut terkandung satu persen tembaga, satu gram/ton emas dan 2-3 gram/ton perak. Sementara, kandungan konsentratnya adalah 30% tembaga, 30 gram/ton emas dan 60-90 gram/ton perak.
Produksi konsentrat Freeport itu sebanyak 29% diolah Smelting Company dan sisanya diekspor ke sejumlah negara. Adapun setoran pajak, royalti, dividen, dan iuran Freeport tahun 2005 ke negara tercatat mencapai US$1,2 miliar atau senilai Rp11 triliun. Sedangkan antara 1992-2004 yang sama dibayarkan Freeport ke negara mencapai US$3,9 miliar atau senilai Rp12,5 triliun.
Freeport memperoleh konsesi pertambangan sejak 1967 dan 1991 telah diperpanjang untuk 30 tahun ke depan. Perusahaan itu masih memiliki opsi perpanjangan dua kali 10 tahun. Apabila perpanjangan itu didapat seluruhnya, maka konsesi pertambangan Freeport baru berakhir 2041
Sementara menyangkut audit lingkungan, Menteri ESDM menjelaskan, ada dua lokasi yang tidak memenuhi standar lingkungan yang baik berdasarkan hasil audit itu. Laboratorium IPB saat itu diminta untuk melakukan studi yang hasilnya akan digunakan untuk memperbaiki dua lingkungan tersebut. Audit Freeport terdiri dari lima hal, yaitu produksi, pengembangan masyarakat (community development/CD), pendapatan, lingkungan, dan keamanan.5
Dari hasil penilaian kinerja Pengelolaan Lingkungan PT. Freeport Indonesia yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2005-2006 juga menyebutkan bahwa produksi tailing perusahaan ini di Outlet ModADA Pandan Lima dan Kelapa Lima tidak memenuhi standard untuk parameter TSS serta belum memiliki izin pembuangan limbah. Namun perusahaan ini juga telah memanfaatkan tailing untuk badan jalan dan jembatan. Begitu juga dengan pengolahan limbah B3 yang berasal dari pengolahan bijih, workshop, laboratorium, rumah sakit dan bahan kimia kadaluarsa telah memenuhi peraturan pemerintah tentang pengolahan limbah B3.6
Hasil penilaian kinerja ini juga menyebutkan bahwa hasil pemantauan di PLTU Puncak Jaya Power yang merupakan pemasok utama energi untuk PT. FI menunjukkan bahwa emisi yang dilepaskan tidak memenuhi standard untuk parameter SO2. Fly Ash dan Bottom Ash dibuang langsung ke lingkungan (Open Dumping) sehingga melanggar peraturan pemerintah. Sedangkan pemantauan pengendalian terhadap pencemaran udara yang dilakukan di 6 titik (3 cerobong di Dewatering Plant, Incenerator Limbah Medis, Lime Plant, Gold Fire Assay) menunjukkan bahwa seluruh emisi yang dilepaskan telah memenuhi standard sesuai Kepmen 13/1995 dan Kepdal 03/1995.
Berdasarkan penilaian kinerja ini KLH bersama dengan pemerintah Provinsi Papua dan Kabupaten Mimika sedang melakukan langkah koordinasi untuk menetapkan titik penaatan dalam rangka pengawasan yang lebih ketat dalam pengolaan air asam tambang. Disebutkan dalam penilaian kinerja ini, pengelolaanair asamtambang belum memenuhi ketentuan KepMenNo. 202/2004, yakni Titik penaatan belum ditetapkan dan belum memiliki ijin pembuangan air limbah
PT. FI juga harus meminimalkan jumlah tailing yang masuk ke estuari dengan menerapkan teknologi yang memungkinkan pengendapan tailing yang lebih efisien di ModADA serta melengkapi izin penempatan tailing. Selain itu, PT. FI harus melakukan upaya agar tailing yang keluar dari ModADA ke estuari hanya melalui titik penaatan. PT. FI juga diminta agar segera memanfaatkan tailing semaksimal mungkin antara lain untuk bahan-bahan konstruksi. (Victor Mambor)

(Footnotes)
1 Council on Ethics, The Government Pension Fund
– Global. Recommendation of 15 Februari 2008 to The Ministry of Finance
2
“P&I/Watson Wyatt World’s 300 Largest Retirement Plans”, Pensions and Investments (26 Desember, 2005) dalam J.D. Harden, The Art Of The Possible: Socially Responsible Investment And State Pension Plans, Department of Social and Economic Policy, Canadian Labour Congress (Juni 2006).
3
Menteri Keuangan, Norwegia, Two companies - Wal-Mart and Freeport - are being excluded from the Norwegian Government Pension Fund - Global’s investment universe, Konferensi Pers, 6 Jun 2006
4 Antara. 10 Agustus 2007.
Pemerintah Minta Freeport Turunkan Produksi
5 Penilaian Kinerja Pengelolaan Lingkungan PT. Freeport Indonesia 2005-2006. KLH

Last Updated ( Wednesday, 24 September 2008 )

Tambelo, Cacing Bergizi Favorit Suku Kamoro


Tambelo, sejenis cacing yang hidup di kayu bakau yang kering
merupakan salah satu sumber protein favorit masyarakat suku Kamoro,
Papua. Tambelo juga dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit
seperti malaria, batuk, bahkan sakit pinggang.

___________________________________________________________

Provinsi Papua, terutama bagian selatan, banyak ditumbuhi pohon bakau
(mangrove). Kondisi inilah yang membuat kawasan tersebut banyak
menyimpan kekayaan ikan maupun berbagai jenis flora dan fauna. Salah
satu kekayaan fauna yang menjadi favorit masyarakat Suku Kamoro di
Kabupaten Mimika adalah tambelo.

Masyarakat Suku Kamoro biasanya menebang batang kayu bakau dan
merendamnya selama tiga bulan di dalam air rawa. Setelah tiga bulan,
barulah mereka memanen atau mengambil tambelo yang hidup di sana.
Terkadang kayu bakau kering yang tumbang juga menjadi tempat hidup ulat
atau cacing tambelo ini.

Tambelo, menurut pemahaman masyarakat Suku Kamoro, adalah ulat yang
mirip cacing dan hidup pada kayu bakau yang sudah kering. Tambelo juga
hidup pada tempat yang berlumpur di lingkungan pohon bakau. Bentuk
tubuhnya panjang menyerupai cacing, berwarna putih. Digolongkan dalam
phylum Mollusca.

Tambelo biasanya langsung dilahap atau dimakan mentah-mentah setelah
diambil dari batang kayu bakau. Rasanya asin, tetapi mengandung gizi
yang sangat tinggi. Bagi orang yang baru pertama kali memakan tambelo
pasti merasa sangat jijik, tetapi lama kelamaan akan merasa enak dan
menyukainya.

Tambelo biasanya dimakan tanpa dimasak karena tubuhnya sangat lunak dan
mengandung air. Sebaiknya memakan tambelo yang tidak terlalu panjang
atau gemuk sekali, bila tidak maka kelezatannya akan hilang.

Bagi orang Kamoro, tambelo (bactronophorus thoracites dan bankia
orcutti) adalah sumber protein. Kedua jenis tambelo ini biasa
dihidangkan sebagai sajian pembuka pada pesta-pesta adat Karapao, Suku
Kamoro. Selain sebagai sajian pembuka, masyarakat Suku Kamoro juga
meyakini, tambelo bisa menyembuhkan penyakit malaria, batuk, sakit
pinggang, flu, dan meningkatkan nafsu makan.

Sedangkan bagi kaum ibu yang sedang menyusui, tambelo dapat
memperlancar air susu ibu (ASI). Bagi kaum lelaki, tambelo juga sering
digunakan sebagai obat untuk meningkatkan stamina kejantanan.

Keistimewaan lain dari tambelo adalah bisa mengobati orang tua yang
menderita sakit pada tulang belakang. Ini disebabkan karena tambelo
mengandung senyawa protein, senyawa kapur, dan fosfor yang mempengaruhi
proses perombakan serta pembentukan matrik tulang.


Mengapa Tongoi Papua Hadir di PT Freeport




“Karyawan merupakan asset perusahaan yang,”harus dijaga dan dihargai.”

Karyawan asal Papua yang tadinya disebut Ring Papua dan Tongoi Papuanes kini bergabung menjadi Tongoi Papua. Lalu mengapa Tongoi harus hadir di tengah sebuah perusahaan tambang raksasa di Indonesia? Apakah karena masih terjadi diskriminasi dalam rekruitmen bagi penjenjangan karier dan staf yang tidak transparan atau memang ada tekanan atau pun masih sering terjadi intimidasi dan juga intervensi dari pihak lain.

Kalau pun tidak ada pernyataan resmi dari pihak tetapi saudara Pigome Ketua Tongoi Papua dan juga mewakili kaum buruh asli Papua. Pigome melaporkan kepada Hina Jilani wakil khusus PBB saat berkunjung ke Papua adalah :

  1. Intimidasi yang dilakukan oleh karyawan PT FI kepada karyawan asli Papua tetapi pihak karyawan yang intimidasi itu sebenarnya merupakan aparat militter atau TNI. Intimidasi bisa saja terjadi ketika kita menyampaikan aspirasi atau pun pendapat sampai sekarang masih terus terjadi.
  2. Sampai detik ini karyawan asal Papua yang menduduki posisi tertinggi adalah August Kafiar. Tetapi Kafiar sesungguhnya karyawan yang diorbitkan dari level bawah tetapi
  3. Ada perisitiwa terjadinya pembunuhan terhadap karyawan Papua saat bekerja. Peristiwa ini terdapat data-data yang dimiliki oleh Tongoi Papua..
  4. PT Freeport tidak memberikan kesempatan bagi pengembangan karyawan asli Papua. Dan ini merupakan pelanggaran administrasi. Meski pun PT Freeport selalu mengatakan bahwa melakukan pengembangan sdm Papua.
  5. Aksi damai tentang pengembangan karyawan Papua dan Papua Departmen Affair. 18-21 April 2007 Tongoi Papua lakukan aksi demo damai. Pengembangan karyawan Papua dan kebijakan bagi karyawan asli Papua.

Selain itu dalam diskusi di Jayapura beberapa waktu lalu dinilai bahwa selama beberapa tahun PT FI beroperasi baru satu orang yang menduduki jabatan tertinggi yaitu, Drs August Kafiar, Namun beliau bukan berkarier dari PT Freeport tetapi mantan Rektor dan dosen di Universitas Cenderawasih.

Meski ada pendapat tentang Agus Kafiar tetapi masuknya karyawan rekruitmen dari luar seperti profesi wartawan dan dosen bagi PT FI sebenarnya memberikan nilai tambah bagi kemajuan perusahaan itu sendiri, Pasalnya mereka mampu melihat dengan kaca mata dan cara pandang tersendiri yang selanjutnya bisa memberikan masukan seobyektif mungkin bagi kemajuan perusahaan

Sebagai gambaran kita bisa secara jelas melihat isu-isu penting yang dibahas pada Mubes Tongoi Papua beberapa waktu lalu di Timika adalah :

  1. Rekruitmen karyawan asal Papua. Dan Penerimaan karyawan asal Papua menjadi prioritas dengan segala kemudahaanya.

  1. Pengembangan sumber daya manusia adalah isu hangat yang sedang menggejala di semua areal kerja perusahaan. Terobosan baru yang dilakukan Tongoi Papua bahwa setiap karyawan Papua yang bekerja wajib mengikuti pendidikan mau pun pelatihan dalam berbagai jenjang. Pihak pengurus berusaha agar perusahaan perusahaan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada karyawan Papua untuk mengikuti kegiatan pendidikan yang diprogramkan intern perusahaan mau pun kegiatan di luar areal perusahaan.

  1. Promosi yang dinilai masih cukup jauh dari harapan. Ada terdapat banyak keterbatasan yang mestinya dibenahi. Pembenahan ini sangat perlu agar ada kesetaraan dalam promosi jabatan, karyawan harus memenuhi beberapa persyaratan. Diharapkan melalui wadah Tongoi Papua bisa melahirkan program yang diangkat sekarang ini dapat terwujud.

  1. Kesejahteraan yang menyangkut dengan gaji (salary), tunjangan, bonus, biaya pengobatan (kesehatan), perumahan, penghargaan-penghargaan lainnya.

  1. Karyawan-karyawan Papua harus mendapat konpensasi yang tidak sama dengan karyawan dari luar. Jika perusahaan ingin agar standar karyawan dengan kemampuan di atas rata-rata menguasai pengetahuan dan menejemen perusahaan, tugas menejemen membuka kesempatan kepada karyawan Papua untuk mengikuti pendidikan dari berbagai jenjang termasuk pendidikan khusus atau pelatihan-pelatihan yang diberikan perusahaan. Karena itu pihak menejemen PT Freeport selain memberikan kompensasi, juga pertimbangan lain yakni kemudahan-kemudahan bagi karyawan Papua.Harus ada standarisasi dan kemudahaan bagi karyawan Papua.. Kemudahan berarti sebelum mereka masuk sebagai karyawan tetap dalam suatu perusahaan terlebih dahulu dididik secara khusus untuk mengasah kemampuan, ketrampilan mereka seperti selama ini dilakukan oleh Yayasan Nemangkawi.

  1. Untuk memperbaiki kinerja perusahaan tidak lain yang harus dilakukan karyawan Papua diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kariernya. Selain bekerja sebagai karyawan mereka mempunyai hak yang sama seperti karyawan lainnya. Tuntutan karyawan ini pula dengan harapan agar PT FI di masa mendatang menjadi perusahaan yang menerapkan menejemen transparan dengan tujuan menghindari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

  1. PT Freeport sebagai perusahaan raksasa yang memberikan sumbangsih terbesar terhadap negara dan juga kepada masyarakat Papua. Untuk itu karyawan Papua perlu diperhatikan dan diberdayakan sama seperti karyawan lainnya. Tanpa tanah Papua, tanpa orang Papua PT FI tidak akan beroperasi di sini. Untuk kepentingan itu maka karyawan Papua perlu menunggu kesempatan yang seluas-luas agar mampu mengembangkan diri dalam segala hal. Apalagi sebagai perusahaan terbesar yang telah menyumbang pajak bagi negara tentu harus memriotaskan dan memperhatikan rakyat Papua, Kesempatan seluas-luasnya agar karyawan dapat mengembangkan diri dan karier mereka demi mencapai kesejahteraan. Kesejahteraan bukan semata mata karena gaji, tunjangan atau bonus tetapi pendidikan dan promosi jabatan merupakan bagian dari pencapaian karier yang dinginkan oleh masing-masing karyawan.

  1. Usulan untuk membentuk Departemen Papua Affair. Sebuah departemen yang khusus menangani karyawan asal Papua. Apakah departemen ini dibutuhkan sekarang atau perlu dikomunikasikan secara baik dengan pihak menejemen. Pembentukan Departemen Papua Affair diperlukan kebijakan kebijakan dari pihak menejemen sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.

Meski pun demikian beberapa isu penting yang dibahas di atas sebenarnya sesuai dengan pengembangan pendidikan dan karier di Papua. Kehadiran Tongoi Papua bisa memberikan jalan keluar bagi karyawan Papua tetapi di sini lain mencerminkan seolah-olah karyawan Papua tidak mampu sehingga perlu mendapat bantuan dan pertolongan serta kemudahan. Bahkan ada beberapa putra Papua yang merasa mampu bersaing dengan karyawan dari luar Papua.

Jadi secara sepintas perusahaan PT Freeport memiliki komitmen untuk meningkatkan karyawan asal Papua yang menduduki manejemen dan professional sebesar dua kali lipat. Kedua sasaran itu tengah dicapai dan lebih lanjut perusahaan berkomitmen untuk mencapai kemajuan dalam menyediakan peluang pekerjaan dan menejemen bagi warga asal Papua.

Pada akhir 2005 PT FI dan perusahaan kontraktor langsung memperkerjakan hampir 2400 karyawan asal Papua. Dibandingkan 600 karyawan pada tahun 1996, termasuk 250 karyawan staf menejemen, dan kurang 50 pada tahun 1996. Seribu lagi karyawan asal Papua dipekerjakan oleh perusahaan perusahaan privatisasi yang menyediakan jasa bagi PT FI.

Selanjutnya dalam rangka pengembangan SDM warga asal Papua pada 2003 PT FI telah mendirikan Institut Pertambangan Nemangkawi(Nemangkawi Mining Institut). Sasaran dari IPN adakah menyediakan peluang program pra magang, magang serta pengembangan lanjut bagi ratusan warga Papua setiap tahun(Vice Presiden Industrial Relation PT Freeport Yohanes Hersubeno)

Akhir tahun 2005 lebih dari 1000 warga Papua terdaftar program para magang dan magang yang ditawarkan Institut Nemangkawi. Siswa-siswa tersebut diberi pelatihan di tempat kerja mau pun di luar tempat kerja pada bidang bidang pengelasan peralatan, mekanik alat berat, pengoperasian peralatan, pekerjaan listrik dan instrumentasi, pekerjaan juru tulis dan administrasi serta berbagai kejuruan lainnya.

Jika menengok kebelakang dulunya ada inisiatif dari karyawan membentuk sebuah wadah yang dusebut forum NAC yang menyuarakan aspirasi karyawan Indonesia dari Sabang Merauke. Kemudian muncul lagi Ring Papua, yang berupaya mengangkat harkat dan hak-hak karyawan Papua namun banyak kendala yang dihadapi. Ketika Ring Papua tak berdaya muncul pula Tongoi of Papua (TOP) sampai akhirnya ada kesepakatan penggabungan dua wadah ini menjadi Tongoi.

Memang sepak terjang Tongoi Papua mendapat dukungan saat demo April 2007 lalu di Timika baik karyawan Papua mau pun non Papua. Pengalaman ini membuat ke depan PT Freeport tidak perlu melakukan kebijakan bagi karyawan setelah mendapat demo atau pun dalam bentuk aksi-aksi lainnya.

Apalagi kalau karyawan Papua semakin hari terus meningkat kualitasnya dan mampu menempati posisi penting maka dengan sendiri Tongoi Papua akan berkurang fungsinya, Sebagai individu mau pun professional dalam bidang masing-masing sudah tentu organisasi yang bersifat local akan sirna dengan sendirinya.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Kapitalisme

Tony Djogo - 15 Sep 2008

Cikal bakal dan perdebatan tentang tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility-CSR) berakar dari sebuah tulisan oleh Milton Friedman, seorang pemenang hadiah nobel ekonomi, pada 1970 dalam sebuah artikel yang ditulis dalam The New York Times dengan judul “The Social Responsibility of Business is to Increase its Profits”.

Menurut Friedman ada satu dan hanya satu tanggung jawab sosial bisnis yaitu menggunakan sumber daya dan terlibat dalam kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan laba selama berada dalam jalur hukum yang benar, terlibat dalam persaingan bebas dan terbuka tanpa melakukan kecurangan. Dengan cara ini bisnis atau perusahaan sudah memperlihatkan tanggung jawabnya.

“Tidak masuk akal sebuah perusahaan harus memperlihatkan tanggung jawabnya secara sosial. Itu urusan individu bukan lembaga bisnis,” kata Friedman. Sebuah korporasi (perusahaan) adalah peorangan yang artificial (artificial person) dan dalam hal ini dapat mempunyai sebuah tanggung jawab yang artifisial, tetapi sebuah usaha (business) secara keseluruhan tidak dapat dikatakan memiliki tanggung jawab.

Argumetasi Friedman lainnya, tanggung jawab sosial adalah pandangan sosialis yang menekankan hal itu sebagai mekanisme politik bukan sebuah mekanisme pasar, sebagai cara untuk menentukan alokasi sumber daya yang langka untuk berbagai pilihan penggunaan. Dalam bukunya Capitalisme and Freedom, Milton menyebutkannya sebagai “fundamentally subversive doctrine” dalam sebuah masyarakat bebas.

Ada juga pandangan yang hampir setara dengan pandangan Friedman seperti yang dikemukakan oleh Betsy Atkins, CEO Baja Ventures. Dalam komentarnya berjudul Is Corporate Social Responsibility Responsible?

Dia menentang pandangan-pandangan tentang tanggung jawab sosial perusahaan sebagai sebuah upaya politik yang mengaburkan hal-hal penting dalam bisnis. Memang benar bahwa sebuah perusahaan harus “bertanggung jawab” dengan menghasilkan produk yang berkualitas dan memasarkannya dengan cara yang etis, taat pada peraturan perundangan dan mempertanggung jawabkan keuangannya kepada pemegang saham dengan jujur dan terbuka.

Namun bahwa sebuah perusahaan harus menggunakan asetnya untuk tujuan sosial bukan kepada pemilik saham adalah tidak bertanggung jawab. Sasaran dan tujuan perusahaan adalah untuk melakukan tindakan atau kegiatan atas nama pemiliknya. Bahwa pemilik perusahaan kemudian akan mendermakan keuntungannya atau asetnya untuk kegiatan karitatif, itu urusan lain dan bisa saja dilakukan. Namun para manajer dan pelaksana dapat dinilai tidak bertanggung jawab jika aset dan barang-barang perusahaan digunakan untuk tujuan sosial.

Menurut Atkins, apa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial sebenarnya adalah: transparan dalam laporan keuangan, menghasilkan produk yang berkualitas, jangan membohongi publik dan memalsukan produk, terbuka akan informasi tentang manfaat dan bahaya sebuah produk, jangan menggunakan praktik predator seperti mempekerjakan buruh anak-anak, jangan mengotori atau merusak lingkungan dan tunduk pada hukum dan peraturan, hormat dan menghargai serta perlakukan kaum, buruh secara adil.

Pandangan Milton Friedman tentu saja mendapat tantangan dari berbagi pihak. John Mackey misalnya , the founder and CEO of Whole Foods, adalah salah seorang pebisnis yang tidak setuju dengan Friedman. Mackey yakin bahwa pandangan Friedman terlalu dangkal yang menggambarkan pandangan umum para pebisnis waktu itu. Dia berpendapat bahwa Friedman merendahkan dimensi kemanusiaan dari kapitalisme.

John Mackey sendiri adalah seorang pebisnis dan penganut pasar bebas yang liberal dan permisif, yang percaya bahwa sebuah korporasi harus berupaya menciptakan nilai-nilai bagi semua konstituennya. Memang seorang investor berpandangan bahwa bisnis adalah memaksimalkan keuntungan. Namun itu bukan tujuan para pemangku kepentingan lain seperti customer atau pelanggan, pekerja, pemasok dan masyarakat luas. Setiap pihak ini mempunyai tujuan bisnis yang berbeda-beda tergantung keinginan dan kebutuhannya dan hal itu syah saja.

Majalah Times edisi 11 Agustus 2008 memuat sebuah artikel menarik yang ditulis oleh Bill Gates, pendiri Microsoft. Gates menghimbau agar dikembangkan sebuah model kapitalisme yang kreatif. Judulnya cukup menantang : “How to Fix Capitalism”, bagaimana membenahi kapitalisme. Tulisan ini pasti mendatangkan tantangan apakah memang selama ini kapitalisme tidak kreatif?

Bill Gates mulai dengan pernyataan bahwa kapitalisme telah memperbaiki hidup milyaran orang di bumi ini – suatu hal yang biasanya mudah dilupakan pada saat terjadi ketidakpastian ekonomi. Namun masih ada milyaran orang lagi yang tidak diperbaiki hidupnya. Ada banya orang miskin yang perlu dibantu agar mereka bisa bebas dari kemiskinan dan penyakit menular.

Creative Capitalism

Pemerintah dan lembaga-lembaga nirlaba memang mempunyai peran strategis untuk membantu kaum miskin, namun akan memakan waktu yang sangat panjang jika mereka bekerja sendiri. Biasanya perusahaan yang memiliki keahlian inovasi teknologi untuk membantu kaum miskin. Untuk memperoleh manfaat yang lebih besar dari keahlian ini kita membutuhkan kapitalisme yang kreatif (creative capitalism): sebuah upaya untuk memperluas jangkauan kekuatan pasar sehingga lebih banyak perusahaan yang dapat memperoleh manfaat dari kegiatan-kegiatan yang membuat orang lain lebih baik hidupnya.

Beberapa perusahaan sebenarnya sudah melakukan hal ini. Misalnya perusahaan pembuat telepon seluler (HP) telah mengembangkan teknologi dengan harga yang semakin murah yang bisa menjangkau banyak kaum miskin. Saat ini perusahaan-perusahaan besar di AS seperti Gap, Hallmark atau pembuat komputer Dell mendermakan sebagian keuntungan perusahaan untuk memberantas penyakit AIDS.

Microsoft juga sudah masuk dalam lingkaran ini. Dalam satu setengah tahun terakhir Global Fund to fight AIDS, Malaria and Tuberculossis telah mengumpulkan lebih dari 100 juta dollar untuk membantu obat-obatan bagi 80,000 orang dan 1,6 juta orang diuji apakah mengidap AIDS atau tidak.

Bill Gates berpendapat bahwa di sinilah bekerjanya creative capitalism. Kapitalisme kreatif sama sekali bukan sebuah teori ekonomi baru dan bukan dikembangkan untuk menentang kapitalisme. Model ini dikembangkan untuk menjawab pertanyaan: bagaimana kita bisa menyebarluaskan manfaat kapitalisme kepada orang lain untuk memperbaiki hidup mereka?

Kapitalisme kreatif tidak bekerja untuk tujuan jangka pendek dalam sebuah siklus ekonomi, tetapi merupakan sebuah tanggapan terhadap kenyataan untuk dikerjakan dalam jangka panjang, bahwa terlalu banyak orang yang tidak dapat memperbaiki kualitas hidup mereka. Walaupun ada banyak yang sudah lebih baik hidupnya masih ada banyak yang sangat tertinggal.

Kurang lebih ada 1 milyar orang hidup dengan pendapatan di bawah 1 dollar (Rp 9.000) sehari. Kaum kapitalis sudah banyak membantu memperbaiki kualitas hidup misalnya dengan pengembangan vaksin dan microchip. Pemerintah dan kalangan nirlaba bisa bekerja di sini tetapi kapitalis telah menciptakan salah satu jalannya.

Menurut Bill Gates, pada dasarnya manusia mempunyai dua ciri utama: kepentingan diri sendiri dan bagaimana memperhatikan orang lain. Kapitalisme memanfaatkan sifat kepentingan pribadi tetapi biasanya hanya untuk mereka yang mampu membayar, sedangkan pemerintah dan lembaga nirlaba memperhatikan kepentingan mereka yang tidak mampu membayar.

Jika kapitalis dengan kekuatan inovasi teknologi dan keahlian yang mampu mengarahkan kekuatan pasar sehingga bisa bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga nirlaba dalam kegiatan untuk kepentingan sesame, kita bisa menghasilkan sesuatu yang lebih besar manfaatnya.

Bill Gates memberi contoh bagaimana beberapa perusahaan sebenarnya menggunakan kekutan pasar dan uangnya untuk berbuat sesuatu bagi sesama. Misalnya teknologi telpon genggam HP telah membantu banyak petani Kenya sehingga dengan cepat mendapatkan informasi harga pasar terbaik untuk hasil pertanian mereka dalam waktu singkat. Dengan uang dan transfer elektronik, petani menikmati keuntungan karena menghemat waktu dan tenaga untuk tidak harus ke bank dan juga tentu saja lebih aman.

Di dalam majalah Times edisi yang sama, Barbara Kiviat menyampaikan ilustrasi menarik mengenai sejarah Creative Capitalism. Ternyata model ini sudah ada sejak tahun 1799, ketika Robert Owen, seorang pengusaha industri pemintal benang kapas di Skotlandia melembagakan sebuah reformasi sosial dengan menggalang dana untuk menolong pekerja yang sakit dan melarang mempekerjakan buruh yang berumur di bawah 10 tahun. Pengusaha kaya dan industrialis seperti John Cadburry, Andrew Carnegie, Henry Ford, Dave Packard, David Rockefeller dan sebagainya telah memperlakukan para buruh perusahaan mereka dengan tindakan-tindakan yang dapat disebut sebagai tangung jawab sosial.

Sebagaimana kita ketahui sepuluh tahun lalu Bill Gates dan isterinya Melinda mendirikan sebuah Lembaga Sosial Bill and Melinda Gates Foundation. Lembaga ini menyalurkan bantuan untuk kaum miskin dan para penderita penyakit di berbagai negara. Mereka bercita-cita untuk bekerja dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan 30 tahun lalu ketika Bill Gates dan Paul Allen mendirikan Microsoft dengan cita-cita kiranya di setiap rumah ada satu komputer. Kini dengan yayasan yang didirikan Bill dan Melinda bercita-cita membantu agar mereka yang berpendapatan kurang dari dari satu dolar sehari atau mereka yang menderita karena penyakit dapat ditolong.

Dave Packard, perintis dan pendiri perusahaan komputer dan HP terkemuka di dunia, pada 1960 ketika memberikan sambutan pada pelatihan manajemen bagi staffnya mengatakan: “Banyak orang beranggapan dengan keliru, bahwa sebuah perusahaan bisa hidup hanya karena menghasilkan uang. Kita harus melihat lebih dalam bahwa alasan utama kehadiran kami adalah bahwa masyarakat bisa berdampingan dan bisa hidup seperti sebuah perusahaan sehingga mereka bisa mencapai sesuatu secara kolektif yang tidak bisa dicapai jika bekerja sendiri dan di sinilah bisa kita lihat bagaimana sumbangan perusahaan bagi masyarakat.”

Bill Gates pernah mempresentasikan gagasannya dalam sebuah pidato di Davos bulan January lalu. Tentu saja ada yang tidak sepaham dengan pandangan Bill Gates. Ada pandangan kaum kiri yang mengatakan bahwa sasaran dan tujuan sosial tidak boleh tergantung pada kedermawan sebuah korporasi. Pihak yang lain, para pendukung pasar bebas mengatakan bahwa kegagalan kapitalis mencapai sasarannya adalah karena terlalu banyak campur tangan pemerintah. Kaum konservatif mengatakan daripada mendukung perubahan perilaku perusahaan besar lebih baik kita menyebarluaskan pandangan pasar bebas di tempat di mana korupsi dan birokrasi merajalela yang menghambat kapitalisme.

Dalam sejarah perusahaannya, Bill Gates sendiri sebenrnya mengikuti filosofi Friedman. Namun setelah lama bekerja dan mendapat keuntungan yang sangat besar Gates akhirnya menyadari bahwa kini sudah saatnya dia baru punya waktu untuk membantu sesama manusia, bukan dari perusahan Microsoft tetapi melalui yayasan yang didirikan bersama isterinya dan keluarganya. Tentu saja banyak orang yang mendukung Bill Gates, apapun analisis dan pandangan kaum kiri dan konservatif tentang bagaimana sebaiknya korporasi bisa membantu membangun sesama umat manusia.

Sumber Bacaan:

Barbara Kivat. 2008. A Brief History of Crative Capitalism. Majalah Times 11 Agustus 2008, Vol 172 No. 5 2008.

Bill Gates. 2008. How to Fix Capitalism. Majalah Times 11 Agustus 2008, Vol 172 No. 5 2008.

The Economist. 17 Januari 2008. Ethical capitalism: How good should your business be?

Milton Friedman. 1970. The Social Responsibility of Business is to Increase its Profits! The New York Times Magazine, September 13, 1970. Copyright @ 1970 by The New York Times Company.

John Mackey and T.J. Rodgers. 2005. Rethinking the Social Responsibility of Business. A Reason debate featuring Milton Friedman.

Betsy Atkins. 2008. Is Corporate Social Responsibility Responsible? Commentary on Fobes Magazine.