Kamis, 23 Oktober 2008

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Kapitalisme

Tony Djogo - 15 Sep 2008

Cikal bakal dan perdebatan tentang tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility-CSR) berakar dari sebuah tulisan oleh Milton Friedman, seorang pemenang hadiah nobel ekonomi, pada 1970 dalam sebuah artikel yang ditulis dalam The New York Times dengan judul “The Social Responsibility of Business is to Increase its Profits”.

Menurut Friedman ada satu dan hanya satu tanggung jawab sosial bisnis yaitu menggunakan sumber daya dan terlibat dalam kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan laba selama berada dalam jalur hukum yang benar, terlibat dalam persaingan bebas dan terbuka tanpa melakukan kecurangan. Dengan cara ini bisnis atau perusahaan sudah memperlihatkan tanggung jawabnya.

“Tidak masuk akal sebuah perusahaan harus memperlihatkan tanggung jawabnya secara sosial. Itu urusan individu bukan lembaga bisnis,” kata Friedman. Sebuah korporasi (perusahaan) adalah peorangan yang artificial (artificial person) dan dalam hal ini dapat mempunyai sebuah tanggung jawab yang artifisial, tetapi sebuah usaha (business) secara keseluruhan tidak dapat dikatakan memiliki tanggung jawab.

Argumetasi Friedman lainnya, tanggung jawab sosial adalah pandangan sosialis yang menekankan hal itu sebagai mekanisme politik bukan sebuah mekanisme pasar, sebagai cara untuk menentukan alokasi sumber daya yang langka untuk berbagai pilihan penggunaan. Dalam bukunya Capitalisme and Freedom, Milton menyebutkannya sebagai “fundamentally subversive doctrine” dalam sebuah masyarakat bebas.

Ada juga pandangan yang hampir setara dengan pandangan Friedman seperti yang dikemukakan oleh Betsy Atkins, CEO Baja Ventures. Dalam komentarnya berjudul Is Corporate Social Responsibility Responsible?

Dia menentang pandangan-pandangan tentang tanggung jawab sosial perusahaan sebagai sebuah upaya politik yang mengaburkan hal-hal penting dalam bisnis. Memang benar bahwa sebuah perusahaan harus “bertanggung jawab” dengan menghasilkan produk yang berkualitas dan memasarkannya dengan cara yang etis, taat pada peraturan perundangan dan mempertanggung jawabkan keuangannya kepada pemegang saham dengan jujur dan terbuka.

Namun bahwa sebuah perusahaan harus menggunakan asetnya untuk tujuan sosial bukan kepada pemilik saham adalah tidak bertanggung jawab. Sasaran dan tujuan perusahaan adalah untuk melakukan tindakan atau kegiatan atas nama pemiliknya. Bahwa pemilik perusahaan kemudian akan mendermakan keuntungannya atau asetnya untuk kegiatan karitatif, itu urusan lain dan bisa saja dilakukan. Namun para manajer dan pelaksana dapat dinilai tidak bertanggung jawab jika aset dan barang-barang perusahaan digunakan untuk tujuan sosial.

Menurut Atkins, apa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial sebenarnya adalah: transparan dalam laporan keuangan, menghasilkan produk yang berkualitas, jangan membohongi publik dan memalsukan produk, terbuka akan informasi tentang manfaat dan bahaya sebuah produk, jangan menggunakan praktik predator seperti mempekerjakan buruh anak-anak, jangan mengotori atau merusak lingkungan dan tunduk pada hukum dan peraturan, hormat dan menghargai serta perlakukan kaum, buruh secara adil.

Pandangan Milton Friedman tentu saja mendapat tantangan dari berbagi pihak. John Mackey misalnya , the founder and CEO of Whole Foods, adalah salah seorang pebisnis yang tidak setuju dengan Friedman. Mackey yakin bahwa pandangan Friedman terlalu dangkal yang menggambarkan pandangan umum para pebisnis waktu itu. Dia berpendapat bahwa Friedman merendahkan dimensi kemanusiaan dari kapitalisme.

John Mackey sendiri adalah seorang pebisnis dan penganut pasar bebas yang liberal dan permisif, yang percaya bahwa sebuah korporasi harus berupaya menciptakan nilai-nilai bagi semua konstituennya. Memang seorang investor berpandangan bahwa bisnis adalah memaksimalkan keuntungan. Namun itu bukan tujuan para pemangku kepentingan lain seperti customer atau pelanggan, pekerja, pemasok dan masyarakat luas. Setiap pihak ini mempunyai tujuan bisnis yang berbeda-beda tergantung keinginan dan kebutuhannya dan hal itu syah saja.

Majalah Times edisi 11 Agustus 2008 memuat sebuah artikel menarik yang ditulis oleh Bill Gates, pendiri Microsoft. Gates menghimbau agar dikembangkan sebuah model kapitalisme yang kreatif. Judulnya cukup menantang : “How to Fix Capitalism”, bagaimana membenahi kapitalisme. Tulisan ini pasti mendatangkan tantangan apakah memang selama ini kapitalisme tidak kreatif?

Bill Gates mulai dengan pernyataan bahwa kapitalisme telah memperbaiki hidup milyaran orang di bumi ini – suatu hal yang biasanya mudah dilupakan pada saat terjadi ketidakpastian ekonomi. Namun masih ada milyaran orang lagi yang tidak diperbaiki hidupnya. Ada banya orang miskin yang perlu dibantu agar mereka bisa bebas dari kemiskinan dan penyakit menular.

Creative Capitalism

Pemerintah dan lembaga-lembaga nirlaba memang mempunyai peran strategis untuk membantu kaum miskin, namun akan memakan waktu yang sangat panjang jika mereka bekerja sendiri. Biasanya perusahaan yang memiliki keahlian inovasi teknologi untuk membantu kaum miskin. Untuk memperoleh manfaat yang lebih besar dari keahlian ini kita membutuhkan kapitalisme yang kreatif (creative capitalism): sebuah upaya untuk memperluas jangkauan kekuatan pasar sehingga lebih banyak perusahaan yang dapat memperoleh manfaat dari kegiatan-kegiatan yang membuat orang lain lebih baik hidupnya.

Beberapa perusahaan sebenarnya sudah melakukan hal ini. Misalnya perusahaan pembuat telepon seluler (HP) telah mengembangkan teknologi dengan harga yang semakin murah yang bisa menjangkau banyak kaum miskin. Saat ini perusahaan-perusahaan besar di AS seperti Gap, Hallmark atau pembuat komputer Dell mendermakan sebagian keuntungan perusahaan untuk memberantas penyakit AIDS.

Microsoft juga sudah masuk dalam lingkaran ini. Dalam satu setengah tahun terakhir Global Fund to fight AIDS, Malaria and Tuberculossis telah mengumpulkan lebih dari 100 juta dollar untuk membantu obat-obatan bagi 80,000 orang dan 1,6 juta orang diuji apakah mengidap AIDS atau tidak.

Bill Gates berpendapat bahwa di sinilah bekerjanya creative capitalism. Kapitalisme kreatif sama sekali bukan sebuah teori ekonomi baru dan bukan dikembangkan untuk menentang kapitalisme. Model ini dikembangkan untuk menjawab pertanyaan: bagaimana kita bisa menyebarluaskan manfaat kapitalisme kepada orang lain untuk memperbaiki hidup mereka?

Kapitalisme kreatif tidak bekerja untuk tujuan jangka pendek dalam sebuah siklus ekonomi, tetapi merupakan sebuah tanggapan terhadap kenyataan untuk dikerjakan dalam jangka panjang, bahwa terlalu banyak orang yang tidak dapat memperbaiki kualitas hidup mereka. Walaupun ada banyak yang sudah lebih baik hidupnya masih ada banyak yang sangat tertinggal.

Kurang lebih ada 1 milyar orang hidup dengan pendapatan di bawah 1 dollar (Rp 9.000) sehari. Kaum kapitalis sudah banyak membantu memperbaiki kualitas hidup misalnya dengan pengembangan vaksin dan microchip. Pemerintah dan kalangan nirlaba bisa bekerja di sini tetapi kapitalis telah menciptakan salah satu jalannya.

Menurut Bill Gates, pada dasarnya manusia mempunyai dua ciri utama: kepentingan diri sendiri dan bagaimana memperhatikan orang lain. Kapitalisme memanfaatkan sifat kepentingan pribadi tetapi biasanya hanya untuk mereka yang mampu membayar, sedangkan pemerintah dan lembaga nirlaba memperhatikan kepentingan mereka yang tidak mampu membayar.

Jika kapitalis dengan kekuatan inovasi teknologi dan keahlian yang mampu mengarahkan kekuatan pasar sehingga bisa bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga nirlaba dalam kegiatan untuk kepentingan sesame, kita bisa menghasilkan sesuatu yang lebih besar manfaatnya.

Bill Gates memberi contoh bagaimana beberapa perusahaan sebenarnya menggunakan kekutan pasar dan uangnya untuk berbuat sesuatu bagi sesama. Misalnya teknologi telpon genggam HP telah membantu banyak petani Kenya sehingga dengan cepat mendapatkan informasi harga pasar terbaik untuk hasil pertanian mereka dalam waktu singkat. Dengan uang dan transfer elektronik, petani menikmati keuntungan karena menghemat waktu dan tenaga untuk tidak harus ke bank dan juga tentu saja lebih aman.

Di dalam majalah Times edisi yang sama, Barbara Kiviat menyampaikan ilustrasi menarik mengenai sejarah Creative Capitalism. Ternyata model ini sudah ada sejak tahun 1799, ketika Robert Owen, seorang pengusaha industri pemintal benang kapas di Skotlandia melembagakan sebuah reformasi sosial dengan menggalang dana untuk menolong pekerja yang sakit dan melarang mempekerjakan buruh yang berumur di bawah 10 tahun. Pengusaha kaya dan industrialis seperti John Cadburry, Andrew Carnegie, Henry Ford, Dave Packard, David Rockefeller dan sebagainya telah memperlakukan para buruh perusahaan mereka dengan tindakan-tindakan yang dapat disebut sebagai tangung jawab sosial.

Sebagaimana kita ketahui sepuluh tahun lalu Bill Gates dan isterinya Melinda mendirikan sebuah Lembaga Sosial Bill and Melinda Gates Foundation. Lembaga ini menyalurkan bantuan untuk kaum miskin dan para penderita penyakit di berbagai negara. Mereka bercita-cita untuk bekerja dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan 30 tahun lalu ketika Bill Gates dan Paul Allen mendirikan Microsoft dengan cita-cita kiranya di setiap rumah ada satu komputer. Kini dengan yayasan yang didirikan Bill dan Melinda bercita-cita membantu agar mereka yang berpendapatan kurang dari dari satu dolar sehari atau mereka yang menderita karena penyakit dapat ditolong.

Dave Packard, perintis dan pendiri perusahaan komputer dan HP terkemuka di dunia, pada 1960 ketika memberikan sambutan pada pelatihan manajemen bagi staffnya mengatakan: “Banyak orang beranggapan dengan keliru, bahwa sebuah perusahaan bisa hidup hanya karena menghasilkan uang. Kita harus melihat lebih dalam bahwa alasan utama kehadiran kami adalah bahwa masyarakat bisa berdampingan dan bisa hidup seperti sebuah perusahaan sehingga mereka bisa mencapai sesuatu secara kolektif yang tidak bisa dicapai jika bekerja sendiri dan di sinilah bisa kita lihat bagaimana sumbangan perusahaan bagi masyarakat.”

Bill Gates pernah mempresentasikan gagasannya dalam sebuah pidato di Davos bulan January lalu. Tentu saja ada yang tidak sepaham dengan pandangan Bill Gates. Ada pandangan kaum kiri yang mengatakan bahwa sasaran dan tujuan sosial tidak boleh tergantung pada kedermawan sebuah korporasi. Pihak yang lain, para pendukung pasar bebas mengatakan bahwa kegagalan kapitalis mencapai sasarannya adalah karena terlalu banyak campur tangan pemerintah. Kaum konservatif mengatakan daripada mendukung perubahan perilaku perusahaan besar lebih baik kita menyebarluaskan pandangan pasar bebas di tempat di mana korupsi dan birokrasi merajalela yang menghambat kapitalisme.

Dalam sejarah perusahaannya, Bill Gates sendiri sebenrnya mengikuti filosofi Friedman. Namun setelah lama bekerja dan mendapat keuntungan yang sangat besar Gates akhirnya menyadari bahwa kini sudah saatnya dia baru punya waktu untuk membantu sesama manusia, bukan dari perusahan Microsoft tetapi melalui yayasan yang didirikan bersama isterinya dan keluarganya. Tentu saja banyak orang yang mendukung Bill Gates, apapun analisis dan pandangan kaum kiri dan konservatif tentang bagaimana sebaiknya korporasi bisa membantu membangun sesama umat manusia.

Sumber Bacaan:

Barbara Kivat. 2008. A Brief History of Crative Capitalism. Majalah Times 11 Agustus 2008, Vol 172 No. 5 2008.

Bill Gates. 2008. How to Fix Capitalism. Majalah Times 11 Agustus 2008, Vol 172 No. 5 2008.

The Economist. 17 Januari 2008. Ethical capitalism: How good should your business be?

Milton Friedman. 1970. The Social Responsibility of Business is to Increase its Profits! The New York Times Magazine, September 13, 1970. Copyright @ 1970 by The New York Times Company.

John Mackey and T.J. Rodgers. 2005. Rethinking the Social Responsibility of Business. A Reason debate featuring Milton Friedman.

Betsy Atkins. 2008. Is Corporate Social Responsibility Responsible? Commentary on Fobes Magazine.

Tidak ada komentar: