Rabu, 30 Juli 2008

Mengapa Tongoi Papua Hadir di PT Freeport

Karyawan merupakan asset perusahaan yang harus dijaga dan dihargai.

KabarIndoensia - Tongoi Papua merupakan suatu wadah yang menampung aspirasi karyawan Papua yang bekerja di PT Freeport Indonesia. Karyawan asal Papua yang tadinya disebut Ring Papua dan Tongoi Papuanes kini bergabung menjadi Tongoi Papua. Lalu mengapa Tongoi harus hadir di tengah sebuah perusahaan tambang raksasa di Indonesia? Apakah karena masih terjadi diskriminasi dalam rekruitmen bagi penjenjangan karier dan staf yang tidak transparan, atau memang ada tekanan dan juga intervensi dari pihak lain?

Selain itu dalam diskusi di Jayapura beberapa waktu lalu dinilai bahwa selama beberapa tahun PT FI beroperasi, baru satu orang yang menduduki jabatan tertinggi yaitu, Drs. August Kafiar sebagai vice President. Namun Beliau bukan berkarier dari PT Freeport tetapi mantan Rektor dan dosen di Universitas Cenderawasih.

Meski ada pendapat tentang Agus Kafiar tetapi masuknya karyawan rekruitmen dari luar seperti profesi wartawan dan dosen bagi PT FI sebenarnya memberikan nilai tambah bagi kemajuan perusahaan itu sendiri, Pasalnya, mereka mampu melihat dengan kaca mata dan cara pandang tersendiri yang selanjutnya bisa memberikan masukan seobyektif mungkin bagi kemajuan perusahaan tambang terbesar di Bumi Amungsa itu.

Sebagai gambaran, kita bisa secara jelas melihat isu-isu penting yang dibahas pada Mubes Tongoi Papua beberapa waktu lalu di Timika adalah :
1. Rekruitmen karyawan asal Papua dan penerimaan karyawan asal Papua menjadi prioritas dengan segala kemudahannya.

2. Pengembangan sumber daya manusia adalah isu hangat yang sedang menggejala di semua areal kerja perusahaan. Terobosan baru yang dilakukan Tongoi Papua bahwa setiap karyawan Papua yang bekerja wajib mengikuti pendidikan maupun pelatihan dalam berbagai jenjang. Pihak pengurus berusaha agar perusahaan-perusahaan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada karyawan Papua untuk mengikuti kegiatan pendidikan yang diprogramkan intern perusahaan maupun kegiatan di luar areal perusahaan.

3. Promosi yang dinilai masih cukup jauh dari harapan. Ada terdapat banyak keterbatasan yang mestinya dibenahi. Pembenahan ini sangat perlu agar ada kesetaraan dalam promosi jabatan, karyawan harus memenuhi beberapa persyaratan. Diharapkan melalui wadah Tongoi Papua bisa melahirkan program yang diangkat sekarang ini dapat terwujud.
4. Kesejahteraan yang menyangkut dengan gaji (salary), tunjangan, bonus, biaya pengobatan (kesehatan), perumahan, penghargaan-penghargaan lainnya.
5. Karyawan-karyawan Papua harus mendapat konpensasi yang tidak sama dengan karyawan dari luar. Jika perusahaan ingin agar standar karyawan dengan kemampuan di atas rata-rata menguasai pengetahuan dan menejemen perusahaan, tugas menejemen membuka kesempatan kepada karyawan Papua untuk mengikuti pendidikan dari berbagai jenjang termasuk pendidikan khusus atau pelatihan-pelatihan yang diberikan perusahaan. Karena itu pihak menejemen PT Freeport selain memberikan kompensasi, juga pertimbangan lain yakni kemudahan-kemudahan bagi karyawan Papua. Harus ada standarisasi dan kemudahaan bagi karyawan Papua. Kemudahan berarti sebelum mereka masuk sebagai karyawan tetap dalam suatu perusahaan terlebih dahulu dididik secara khusus untuk mengasah kemampuan, ketrampilan mereka seperti selama ini dilakukan oleh Yayasan Nemangkawi.

6. Untuk memperbaiki kinerja perusahaan tidak lain yang harus dilakukan karyawan Papua diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kariernya. Selain bekerja sebagai karyawan mereka mempunyai hak yang sama seperti karyawan lainnya. Tuntutan karyawan ini pula dengan harapan agar PT FI di masa mendatang menjadi perusahaan yang menerapkan menejemen transparan dengan tujuan menghindari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

7. PT Freeport sebagai perusahaan raksasa yang memberikan sumbangsih terbesar terhadap negara dan juga kepada masyarakat Papua. Untuk itu karyawan Papua perlu diperhatikan dan diberdayakan sama seperti karyawan lainnya. Tanpa tanah Papua, tanpa orang Papua PT FI tidak akan beroperasi di sini. Untuk kepentingan itu, maka karyawan Papua perlu menunggu kesempatan yang seluas-luasnya agar mampu mengembangkan diri dalam segala hal. Apalagi sebagai perusahaan terbesar yang telah menyumbang pajak bagi negara tentu harus memprioritaskan dan memperhatikan rakyat Papua. Kesempatan seluas-luasnya agar karyawan dapat mengembangkan diri dan karier mereka demi mencapai kesejahteraan. Kesejahteraan bukan semata-mata karena gaji, tunjangan atau bonus tetapi pendidikan dan promosi jabatan merupakan bagian dari pencapaian karier yang diinginkan oleh masing-masing karyawan.

8. Usulan untuk membentuk Departemen Papua Affair. Sebuah departemen yang khusus menangani karyawan asal Papua. Apakah departemen ini dibutuhkan sekarang atau perlu dikomunikasikan secara baik dengan pihak menejemen. Pembentukan Departemen Papua Affair diperlukan kebijakan kebijakan dari pihak menejemen sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Meskipun demikian beberapa isu penting yang dibahas di atas sebenarnya sesuai dengan pengembangan pendidikan dan karier di Papua. Kehadiran Tongoi Papua bisa memberikan jalan keluar bagi karyawan Papua tetapi di sini lain mencerminkan seolah-olah karyawan Papua tidak mampu sehingga perlu mendapat bantuan dan pertolongan serta kemudahan. Bahkan ada beberapa putra Papua yang merasa mampu bersaing dengan karyawan dari luar Papua.

Jadi secara sepintas perusahaan PT Freeport memiliki komitmen untuk meningkatkan karyawan asal Papua yang menduduki manejemen dan professional sebesar dua kali lipat. Kedua sasaran itu tengah dicapai dan lebih lanjut perusahaan berkomitmen untuk mencapai kemajuan dalam menyediakan peluang pekerjaan dan menejemen bagi warga asal Papua.
Pada akhir tahun 2005 PT FI dan perusahaan kontraktor langsung mempekerjakan hampir 2400 karyawan asal Papua. Dibandingkan 600 karyawan pada tahun 1996, termasuk 250 karyawan staf menejemen, dan kurang 50 pada tahun 1996. Seribu lagi karyawan asal Papua dipekerjakan oleh perusahaan perusahaan privatisasi yang menyediakan jasa bagi PT FI.

Selanjutnya dalam rangka pengembangan SDM warga asal Papua pada 2003 PT FI telah mendirikan Institut Pertambangan Nemangkawi (Nemangkawi Mining Institut). Sasaran dari IPN adalah menyediakan peluang program pra magang, magang serta pengembangan lanjut bagi ratusan warga Papua setiap tahun (Vice Presiden Industrial Relation PT Freeport Yohanes Hersubeno).

Pada akhir tahun 2005 lebih dari 1000 warga Papua terdaftar program para magang dan magang yang ditawarkan Institut Nemangkawi. Siswa-siswa tersebut diberi pelatihan di tempat kerja maupun di luar tempat kerja pada bidang-bidang pengelasan peralatan, mekanik alat berat, pengoperasian peralatan, pekerjaan listrik dan instrumentasi, pekerjaan juru tulis dan administrasi serta berbagai kejuruan lainnya.

Jika menengok ke belakang, dulunya ada inisiatif dari karyawan membentuk sebuah wadah yang disebut forum NAC yang menyuarakan aspirasi karyawan Indonesia dari Sabang-Merauke. Kemudian muncul lagi Ring Papua, yang berupaya mengangkat harkat dan hak-hak karyawan Papua, namun banyak kendala yang dihadapi. Ketika Ring Papua tak berdaya muncul pula Tongoi of Papua (TOP) sampai akhirnya ada kesepakatan penggabungan dua wadah ini menjadi Tongoi Papua.

Memang sepak terjang Tongoi Papua mendapat dukungan saat demo April 2007 lalu di Timika, baik karyawan Papua maupun non Papua. Pengalaman ini membuat ke depan PT Freeport tidak perlu melakukan kebijakan bagi karyawan setelah mendapat demo atau pun dalam bentuk aksi-aksi lainnya. Mungkinkah komitmen ini terus berlanjut atau sampai ada protes dari karyawan yang katanya asset perusahaan? Kita tunggu saja kiprah PT FI bagi karyawan asal Papua dalam naungan Tongoi Papua.

Tidak ada komentar: